Minggu, 10 Juli 2022

Pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Bali, Bahas strategi untuk Kesuksesan Perhelatan Akbar.

 


Pada Jumat (8/7) pagi, para menteri luar negeri negara anggota G20 memulai pertemuan di Bali, dengan semua diplomat negara kunci hadir. Aroma perang Rusia-Ukraina mewarnai pertemuan tersebut, bahkan sejak sebelum acara resmi dimulai.


Kemampuan diplomasi Indonesia menghadapi ujian tidak perlu di ragukan lagi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berupaya merangkul semua pihak, dan meredam dampak politik perang Rusia-Ukraina di ruang pertemuan sebagai salah satu materi utama dalam pembahasan.


Indonesia berusaha untuk mencari jalan tengah dari konfil kedua negara ini, pasalnya keributan ini berdampak buruk terhadap perekonomian Dunia, sehingga jika dibiarkan akan menyebabkan kerugian yang besar.


Menteri Retno nampaknya menghadapi tugas berat, tidak hanya untuk menyukseskan jalannya pertemuan, tetapi juga untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi seluruh pihak, khususnya negara-negara anggota G7 dan Rusia di sisi yang berbeda. Karena itulah, dalam pidato pembukaannya, Menteri Retno mengingatkan bahwa dunia menghadapi banyak persoalan, dan menunggu komitmen kebersamaan seluruh negara.


“Kita bertemu hari ini, di tengah tantangan-tantangan besar. Dunia belum pulih dari pandemi, tapi kita sudah dihadapkan dengan krisis lain, perang di Ukraina. Dampaknya dirasakan secara global pada sektor pangan, energi, dan ruang fiskal,” kata Retno.


Negara berkembang dan berpenghasilan rendah, kata Retno, adalah yang paling terkena dampak. Pertumbuhan global diproyeksikan melambat menjadi 2,9 persen pada 2022, sementara inflasi mungkin mencapai 8,7 persen untuk negara-negara berkembang.


Selain Rusia, para pemain kunci seperti Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga hadir dalam acara tersebut. Meski bukan anggota, Ukraina juga turut diundang, namun mengikuti sesi yang berlangsung secara daring. Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss yang sempat bertemu dengan Retno, harus mempersingkat keikutsertaannya karena pengunduran diri Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.


Hadir pula perwakilan sejumlah negara kepulauan kecil seperti Pacific Island Forum (PIF) dan Komunitas Karibia (Caricom) serta negara berkembang seperti Uni Afrika. Terkait kehadiran mereka, Retno memberi alasan, “Karena di dunia yang terpolarisasi ini, kepentingan mereka juga penting dan keprihatinan mereka juga menjadi perhatian kita.”


Para menteri luar negeri akan bertemu dalam dua sesi utama. Pertama adalah penguatan multilateralisme, yang fokus pada bagaimana G20 dapat memastikan multilateralisme berperan dalam menghadapi tantangan global saat ini. Kedua adalah sesi tentang mengatasi ketahanan pangan dan energi, dan akan fokus pada bagaimana G20 dapat berkontribusi sebagai bagian dari solusi untuk krisis pangan dan energi saat ini.


Retno mengingatkan, tidak ada pihak yang dapat memecahkan persoalan itu sendiri, tantangan global membutuhkan solusi global. Semua negara, kata Retno, memiliki tanggung jawab menjaga multilateralisme dan mewujudkannya. Multilateralisme adalah satu-satunya mekanisme di mana semua negara, terlepas dari ukuran dan kekayaan, berdiri di atas pijakan yang sama dan diperlakukan sama.


#IndonesiaG20

0 komentar:

Posting Komentar