Kamis, 02 Februari 2023

Jokowi: Jangan Pernah Lagi Mikir Freeport Milik Amerika!

 


Jokowi menegaskan bahwa mayoritas saham PT Freeport Indonesia telah dimiliki oleh Indonesia, tepatnya 51,23%, sejak 2018 lalu.

Oleh karena itu, Jokowi mengimbau agar masyarakat jangan ada lagi yang menganggap bahwa Freeport itu milik Amerika Serikat.

"Freeport sudah mayoritas milik kita. Jangan terbayang-bayang lagi Freeport masih milik Amerika, sudah mayoritas kita miliki,"

Perlu diketahui, Presiden mengatakan hal ini ketika sedang membahas soal hilirisasi komoditas tambang di dalam negeri.

Setelah sukses dengan hilirisasi nikel, Jokowi menegaskan akan kembali menggencarkan hilirisasi di komoditas lainnya, seperti bauksit, tembaga, hingga timah. Seperti halnya nikel di mana pemerintah telah melarang ekspor bijih nikel sejak 2020 lalu, Presiden kembali menegaskan akan menghentikan ekspor bauksit maupun tembaga pada tahun ini.

Untuk tembaga, dia menyebut, dirinya telah mengecek kesiapan smelter tembaga baru yang dibangun PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, dan juga PT Amman Mineral Nusa Tenggara di Nusa Tenggara Barat.

Dia menyebut, progres pembangunan smelter di NTB telah mencapai lebih dari 50% dan smelter Freeport sudah lebih 51%.

"Nanti sebentar mau saya umumkan tembaga setop tahun ini karena saya cek kemaren smelternya Freeport dan smelter yang ada di NTB sudah lebih dari 50% jadi, Freeport sudah lebih 51%," tuturnya.

Seperti diketahui, Indonesia melalui Holding BUMN Pertambangan MIND ID mengakuisisi 41,87% saham Freeport McMoran (FCX) di PT Freeport Indonesia pada 2018 lalu senilai US$ 3,85 miliar. Dengan demikian, RI kini menguasai 51,23% saham PTFI dari sebelumnya hanya 9,36%.

PT Freeport Indonesia tengah membangun smelter tembaga baru di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas sempat menyebut, hingga 2022 Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau setara Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$).

Tony menyebutkan bahwa PTFI menargetkan smelter barunya itu akan mulai beroperasi pada Mei 2024. Proses konstruksi fisik smelter tembaga barunya ini menurutnya ditargetkan bisa selesai pada akhir 2023 mendatang.

Tony menyebutkan bahwa smelter teranyar milik PTFI ini dapat menampung pengolahan konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per tahun. Dia menyebutkan dari kapasitas input sebanyak 1,7 ton tembaga itu menghasilkan 600 ribu katoda tembaga.

Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100-150 ton perak per tahun.


0 komentar:

Posting Komentar